Sabtu, 18 April 2009

Cerpen

Pagi yang cerah, ku melihat semua teman-teman ku berkumpul di depan sekolah. Mereka terlihat kompak dengan menggunakan kaos hitam. Semua terlihat sibuk mempersiapkan perlengkapan yang akan di bawa ketempat tujuan kami. Setelah semua sudah siap, kami menunggu teman-teman yang lain yang masih dalam perjalanan.

“Jam berapa neh? Kok nggak berangkat juga?” aku bertanya sama ketua pelaksana.

“biasa lah, Indonesia kan emank jam ngaret, hehe”.

“kebiasaan yang kayak gini yang buat kita nggak akan maju”.

Setelah kurang lebih setengah jam semua sudah terkumpul, kemudian kami berangkat. Saat tiba di tempat tujuan, perasaan ku jadi tidak karuan. Senang, sedih, gembira, haru, semua bercampur-campur. Kulihat seorang bocah kecil yang lugu mendekat padaku, dia tersenyum pada ku dan mencium tangan ku. “capa nama mu de?”, “Rasyid”jawabnya. keceriayaan terpancar di wajahnya. Sangat besar sekali makna dari senyuman anak itu, walaupun dia sudah tidak mempunyai orang tua, tapi dia masih bisa tersenyum lepas seakan tidak memiliki kesedihan. Aku menetiskan air mata melihatnya.

Dari Yayasan Akhlak Mulia keluar lah seorang pembina Yayasan dan memberikan sambutan kepada kami, kami di persilakan memasuki Aula, karena acara akan segera di mulai. Anak-anak di sana terlihat sopan dan menghormati kami, acara bakti sosial kami berjalan dengan lancar. Di sana kami juga memperkenalkan tentang Kepalang Merahan, mereka antusias sekali memperhatikan materi-materi yang kami berikan, untuk memperhangat acara kami memberikan beberapa pertanyaan yang bersangkutan dengan Palang Merah, seperti sejarahnya, tujuannya dan juga siapa saja di antara mereka yang tertarik ikut Palang Merah. Mereka berebutan utuk menjawab, karena yang bisa menjawab akan mendapat kenang-kenangan dari kami berupa alat-alat tulis. Dalam acara itu kami juga di hibur anak-anak panti tersebut dalam keahlian mereka memainkan rebana dan dari teman-teman kami yang menyanyikan lagu dengan di iringi musik gitar, satu hal saat itu yang sangat berkesan bagi saya ketika salah satu teman saya menyanyikan lagu yang berjudul Bunda, semua yang berada di Aula tersebut meneteskan air mata, begitu juga dengan diriku, aku membayangkan seandainya aku yang menjadi seperti mereka, hidup seadanya, tinngal bersama orang-orang yang senasib, tanpa orang tua dan keluarga, aku tidak yakin diri ku bisa sanggup seperti mereka. Setelah itu di lanjutkan dengan acara makan bersama, aku tersenyum melihat keceriaan di wajah mereka, mereka makan dengan lahapnya. Setelah makan kami semua menuju kebelakang untuk penanaman apotik hidup, kami berharap acara kami akan memberikan banyak manfaat bagi mereka semua.sebelum acara penutup di lanjutkan dengan acara penyerahan sembako kepada pihak panti, dan kemudian do’a bersama, terus penutup. Tidak sia-sia kerja keras kami selama ini, dalam pengumpulan dana yang kami kumpulan dari siswa-siswa, bahkan sampai tiga kali penarikan karena dana yang belum mencukupi. Tapi Alhamdulillah semua sukses berkat kerja keras dan kerja sama kami semua.

2 komentar:

Hamsan mengatakan...

knp wkt q dtg g d critakan....

Marnah mengatakan...

kd ingat,hhaha